Sabtu, 22 Juli 2017

Perjalanan meraih beasiswa DAAD Jerman_: Dreams Come True

Perjalanan meraih beasiswa DAAD Jerman Dreams Come True “Apa yang tak pernah dilihat mata, yang tak pernah didengar telinga, yang tak pernah timbul didalam hati, semua disediakanNya, bagi yang mengasihi Dia” “Bermimpilah, dan teruslah berjalan, selama keyakinan ada, selama semangat ada, maka tidak ada mimpi yang terlalu sulit untuk diraih dan selama kaki masih meneruskan perjuangan, maka dia akan menyongsongmu” Haii, bloggers, ….. Setelah 4 bulan di Jerman, dari meja belajarku di Munich, rencana menulis blog ini akhirnya terealisasi juga. Aku Keke, scholarship holders DAAD Program Master PPGG. DAAD adalah salah satu institusi Pendidikan Jerman yang memberikan beasiswa bagi applicant dari negara2 berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Setiap tahun, DAAD memberikan beasiswa, namun skema beasiswa bagi applicant dari jurusan ilmu sosial, disebut PPGG (Public Policy and Good Governance). Biasanya pendaftaran program ini mulai dari April atau Mei. Keinginan untuk melanjutkan studi master sebenarnya telah timbul saat aku masih menjalani kuliah s1ku. Saat itu aku bercita2 untuk meneruskan pendalaman ilmuku yang memang basis dan asalnya berasal dari Eropa. Jurusanku sebelumnya adalah Hubungan Internasional. Untuk meraih sesuatu, tentunya dibutuhkan kerja keras dan usaha maksimal. Yap itulah yang kulakukan, guys. Sembari menunggu proses sidang, aku mengambil waktu khusus untuk bertapa memperdalam skill bahasa Inggrisku haha, agar mencapai minimal standard IELTS yang dibutuhkan program Master di Eropa. Ingatt, Eropa. Jika ingin memperoleh beasiswa, aku sarankan sejak dini teman2 sudah memiliki pandangan tujuan sekolah dimana, jurusan apa dan alasan memilih jurusan tersebut. Setelah lulus dengan predikat sarjana dan cum laude, teryata semuanya tidak semulus pandangan seorang freshgraduate yang masih pure, hahahaha. Aku mencoba banting setir dengan dua kemudi, aku mencoba beasiswa dan melamar pekerjaan. Dengan titel sarjana, aku mencoba untuk mencari keuanganku sendiri, saat itu sudah ada rasa malu untuk menggantungkan diri pada orangtua. Meski tidak mudah, memegang dua kemudi secara bersamaan. Awalnya orangtuaku enggan memberi support, Karena alasan sekolah master di luar negri. Tentunya mereka berpikir masalah finansial, Karena mereka khawatir jika aku gagal dengan tes beasiswaku. Jadi, salah satu kendala yang ku hadapi adalah mendapat restu untuk diizinkan mencoba rezeki ku di beasiswa. Percaya atau tidak, aku baru lulus beasiswa setelah ke7 kalinya aku mencoba. Rasanya lebih sakit dari patah hati teman2, hahahaha. Aku bahkan mencobanya sejak aku lulus s1, tengah bekerja bahkan saat aku berada di posisi sangat “aman“dengan pekerjaanku. Disini aku akan menceritakan pengalaman ke 6-7 ku, hahaha, aku mencoba beasiswa KAAD dan DAAD PPGGku mei tahun lalu, ketika aku sedang bekerja di sebuah perusahaan. Aku mencicil dan mulai merekap semua berkas yang dibutuhkan. Rasanya begitu lelah, guys, pulang kantor masih harus menata motivation letter dan CV. Perlu dicatat, motivation letter adalah salah satu kunci penentu teman2 diterima atau tidak. Bayangkan saja, teman2 bersaing dengan ribuan pencari beasiswa dari ratusan negara2 berkembang. Terkadang prestasi akademik saja tidak cukup, banyak applicant yang sangat bagus di bidang akademik namun kurang di poin lainnya. Jadi renungkan alasan terbesar apa yang membuat teman2 memutuskan untuk melanjutkan studi master. Karena alasan itulah yang akan memengaruhi komite untuk memberikan penanya bagi kalian. KAAD memiliki komite khusus di Jakarta dan sementara DAAD memiliki komite khusus di Jerman dari setiap universitas untuk menentukan siapa saja yang layak diberikan predikat Awardee, dan rapat komite ini berkisar 5 bulan untuk menentukan siapa yang layak sebagai scholarship holders. Pulang kantor dan memikirkan motivation letter itu sangat berat, dan saat itu sebenarnya aku beranggapan nothing to lose lah. Rasanya gagal 6 kali beasiswa itu, sudah cukup melumpuhkan rasa percaya diriku, hahaha. Aku hanya berpikir, aku harus mencoba kali ini, sebelum aku menyesal karena menyia2kan kesempatan didepan mata, aseeek. Ketika yang lain sedang sibuk menikmati hidup, kerja dari senin hingga jumat dengan lembur setiap harinya, sabtu jadi hari terindah sedunia haha. Tidur sebentar, lalu mulai mencari2 alasan riil ku mengapa harus meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 1 bulan, akhirnya selesai, dan aku mendaftar tepat di hari terakhir pendaftaran. Yang ini jangan ditiru teman2. Perlu diketahui, jerman sangat bagus dalam studi Politik Domestik dan Tata Negara, dan alasan ini memperkuat keyakinanku untuk memilih Jerman. Tepat bulan agustus, aku tahu aku gagal lagi, ini beasiswa ke 6, guys, tinggal 1 peluru lagi haha. Pengumuman dari DAAD PPGG rilis Desember, dan kali ini aku bukan hanya berjuang untuk beasiswaku. Tapi juga karirku, sebelumnya, aku memutuskan untuk keluar dari perusahaan lama dan menemukan posisi yang ku harapkan. Beban yang ku hadapi bagiku saat itu adalah beban terberat yang pernah ada menurutku. Aku hanya berdoa dan berserah, berseru dan aku meyakini bahwa Tuhan mendengar doaku. Berdoalah dan percayalah bahwa kamu telah menerimanya. Itu jadi jimatku saat itu, aku percaya bahwa Tuhan turut medatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihinya. Sebelumnya, orang tuaku sempat khawatir denganku, dengan keputusanku untuk resign. Setiap kali keluargaku dan teman2ku menanyakan perihal beasiswaku aku hanya menjawab dengan sangat tenang“tenang, lulus, lulus. Tahun depan aku sudah di Jerman.“ Banyak yang bertanya bagaimana aku bisa begitu optimis, banyak yang mengolok2 juga, hahaha. But that is life, kadang2 kita perlu fokus ke depan saja, anggap yang lain penonton pertandingan. Di saat yang bersamaan, aku juga sedang belajar mengimani apa yang kuhadapi. Aku belajar percaya bahwa aku menjadi salah satu Awardee nantinya. Malam itu, 11 Desember 2016, tidak seperti biasanya, aku tidur lebih awal dari sebelum2nya. Tengah malam, aku tiba2 terbangun setelah mendengar ada yang berisik dekat jendela kamarku. Saat itu, seperti ada yang mendorongku untuk check emailku. Aku melihat ada inbox dari seseorang yang tidak pernah berhubungan denganku, yang sekarang ternyata adalah PIC ku dari DAAD hahaha. Setelah membaca email itu alias pengumuman beasiswa DAAD PPGGku, antara percaya dan tidak, aku terdiam begitu lama…. aku dinyatakan lulus beasiswa DAAD PPGG, salah satu scholarship holders dari 1200 applicant. Puji Tuhan, Terima kasih Tuhan Yesus. Itu adalah hadiah natal terindah bagiku sepanjang masa hahaahhaha. Setelah 7 kali mencoba beasiswa, jatuh bangun dan berdiri kembali tidak seindah yang dibayangkan orang lain ketika tahu aku lulus beasiswa. Beasiswa ini sangat bergengsi, Karena lulusannya bisa bekerja di lingkup internasional, diberikan pembekalan Bahasa selama 6 bulan belajar Bahasa Jerman, dengan semua fasilitas, mulai dari tiket pp pesawat, asuransi, pengurusan visa dengan 0 biaya Karena kamu Awardee DAAD, dan tak kalah istimewanya pocket money per bulannya 750 euro, meeting DAAD cohorts per tahunnya yang difasilitasi oleh DAAD yang artinya teman2 berkesempatan bertemu dengan cohorts lainnya plus fasilitas dari DAAD, hahahaha dan les Bahasa Jerman dengan total biaya 8640 euro per awaredee yang semuanya ditanggung oleh DAAD, yang bernilai plus plus plus buatku. So this scholarship so privlillege, guys. Here I am now, in the beautiful and most awesome city, Munich. Faith and dreams bring a little girl utterance the happiness and how wonderful its. Dreams, and don”t stop, the way you stand for your dreams, God is seeing how hard you try, and He never sleeps, He will give it in His perfect time.